Cara Aku Ngatur Energi Sebagai Freelancer
Hey temen-temen, apa kabar? Kali ini aku bakal share tentang caraku ngatur energi sebagai freelancer.
As you know, I am a freelancer. I work as a content writer, and sometimes I accompany kids to study English in person. Oh ya, aku juga bantu pekerjaan teknis di online shop temen. Banyak banget ya? Maybe you can call it ‘serabutan’?
Hahaha. Ya begitulah. Kenapa aku ambil beberapa pekerjaan? Apa gak capek?
Ya capek lah! :D
Tapi untuk ku pribadi semua pekerjaan itu ada kedudukannya dan tentunya ada porsi yang aku berikan.
Karena lebih fokus ke diri sendiri dan goal pekerjaan sebagai penulis jadi selama ini aku kurang punya perbandingan, gimana sih kualitas dan kuantitas artikel-artikel yang aku terbitkan. Btw, aku pernah kasih tahu kalau aku nulis di beberapa blog bertema keuangan dan bisnis. Kalau kepo, cerita dan linknya aku taro di bawah ini :
Pengalaman Jadi Freelancer, Mental, Karir, Keuangan
Ada yang Nanya, Gimana sih Manage Energinya?
Gak kerasa (kerasa sih) udah mau dua tahun aku mengerjakan kerjaan sebagai full time freelancer. How could I?
Ada temen yang nanya, gimana caranya aku ngatur energi sampai bisa memproduksi ratusan artikel dalam 1 tahun? Dulu pas jaman masih mahasiswa, aku pernah bikin sekitar 70 artikel dalam waktu sebulan-an. Katanya dalam sebulan bisa nulis minimal 20 artikel juga udah banyak. Hmm..mungkin ya mungkin enggak. Gak pernah bandingin soalnya.
Tapi yang ingin aku share sebenernya bukan tentang cara menyentuh angka tersebut, tapi lebih ke how I manage my energy to stay productive. Gitu aja ya? Karena tiap orang punya kondisi yang berbeda-beda dan unik. Aku sendiri sebenernya ngerasa kalau caraku masih kurang seimbang dan perlu banyak belajar.
Setelah akhirnya sering insomnia dan harus konsul ke psikiater? Nah!!! wkwkwk
So, this is my journey to manage my energy! Not to be followed, but you can reflect yourself. What’s your version?
Kalau versiku begini…
1. Sadar Diri dan Bikin Skala Prioritas
Sebeneranya aku bukan tipe yang suka bikin schedule. Iya, bikin mah bikin tapi gak pernah di laksanakan hahahaha.
Soalnya kaya terlalu kaku dan aku jadinya terbebani sama schedule yang aku buat sendiri. Jadi sekarang kalo ngerasa overwhelming, aku step back dulu, mendeskripsikan apa aja tugas-tugasku, terus aku ranking supaya tahu mana yang paling prioritas dan aku kasih energi lebih besar.
Sebenernya gak harus nunggu overwhelming sih buat bikin skala prioritas. Tapi ya akunya aja yang memang gak suka ribet-ribet, tapi kurang ngukur kemampuan. Inget, ke-mam-pu-an.
Ternyata dalam suatu pekerjaan kemampuan itu bukan cuma bicara soal kemampuan memahami (IQ-EQ) tapi juga energi brossss…
Kadang egoku yang lagi super excited suka gak bisa ngukur, jadinya overwheming sendiri. Eeehehehehe
Gimana teknis aku bikin skala prioritas?
- Biasanya aku list dulu apa aja kerjaanku sebagai freelancer
- Dalam setiap pekerjaan aku deskripsiin juga apa fungsi dan goalnya
- Habis itu aku ‘adu’ untuk scoring mana yang di kasih energi lebih
Dalam scoring ada 2 hal yang aku pertimbangkan : nilai fungsi dan goal kerjaan, hubungannya sama kebutuhan yang paling penting saat ini dan seberapa besar energi yang di butuhin. Untuk ngukur energi ini kita sendiri yang bisa jawab, syaratnya harus kenal sama diri sendiri kalau belum kenal, maka kenalan dulu, bisa praktikum langsung (kerjain aja dulu) atau ngamati pola selama ini.
2. Lakuin Sesuai Skala Prioritas
You know what?
Yang paling sulit nentuin pilihan kalau itu keliatan sama-sama penting. Tapi beneran deh, kalau tahu mana yang paling prioritas, kita bisa lebih fokus pas ngerjainnya. Lebih present gitu. Karena kita tahu arahnya kita ngerjain itu semua.
Ketika scoring, bukan berarti nomor 2,3 dst itu gak penting dan gak dilakuin ya. Tapi dengan scoring itu, kita jadi tahu mana duluan yang di kerjain.
Nah, tantangan yang lumayan banget buat aku adalah konsisten sama skala prioritas hehehehe
Udah tahu kalau A yang prioritas tapi masih suka kebablasan ngerjain B karena lebih terlihat ‘gold’. Jangan ditiru ya gengs! Maka dari itu, sekarang kalau aku sadar lagi gak konsisten biasanya aku cut dulu dan step back lagi.
Mengikhlaskan kerjaan yang memang gak lebih prioritas dari yang lainnya.
3. Khususon Pekerjaan Nulis Aku Punya Trik
Udah pada tahu kan aku freelance content writer?
Biasanya mulai dari judul sama bahan riset aku sendiri yang mengerjakan. Nah, aku merasa kalau dengan cara ini, pekerjaanku nulis jadi lebih cepet.
- Luangin waktu seharian (secukupnya) untuk nulis semua ide judul yang ada. Sumbernya biasanya sih dari kebutuhan pribadi, lagi curious tentang apa? And then, double check di internet tentang judul tersebut ada yang bahas apa enggak
- Ide konten juga bisa kebalikannya, cari di website atau youtube yang sesuai sama niche yang kita kerjain
- Tulis inti-inti yang mau di tulis (draft)
- Riset lalu tulis intinya (pake bahasa kita sendiri)
- Kembangin jadi paragraf
- Kasih jeda sehabis nulis, wes gak usah mikirin nulis. Kerjain aja yang lain jadi sampai berasanya kangen gitu buat nulis blog lagi
- Kasih ruang buat bermain. Kita udah dewasa, obviously. Tapi bukan berarti kita gak butuh main ya? Main itu tujuannya ngembaliin energi creative kita. Jadi bukan buang-buang waktu, it’s a productive activity too.
Itu aja dulu sharing kali ini, semoga bisa menjawab pertanyaan temen-temen. Hayu kalau mau diskusi. Aku juga pengen tau deh kalau versi kalian gimana?
Baca juga yang ini : Oh Gini Pengalaman Nulis Antologi! BTS Buku Life is Simple
