15 Barang yang Saya Miliki Satu : Minimalism?

Yulindann | Temen Mikir
9 min readMay 3, 2023

--

Photo by Phil on Unsplash

Lagi cari tahu apa itu gaya hidup minimalis (minimalism)? Ini hasil mini researchku, dan 15 barang yang aku miliki satu. Hm, apa hubungannya?

Sesadarku, dari dulu aku jarang mengkoleksi sesuatu (barang). Adapun buku-buku yang ada di rak sekarang, aku beli karena curious sama bukunya atau tentang sesuatu yang berhubungan dengan buku tersebut.

Nah belakangan ini aku sempet denger tentang konsep gaya hidup “Minimalism”. Awal taunya sih dari channel Raditya Dika (He’s my fav stand up comedian and as a person) jadi, aku agak penasaran kok agak familiar aja rasanya, and then automatically I turned on my “Mini Researching Mode”. Aku akan bahas sedikit hasil penelurusannya disini ya.

Well, the title of this article tells I am going to share about the things I own one. Why?

Pada praktiknya nanti, gaya hidup minimalis (minimalism) biasanya akan cukup ngaruh ke jumlah barang yang kita miliki, katanya. Ini karena life style minimalism ada hubungannya dengan keputusan pembelian barang berdasarkan fungsi. Tapi apakah alasanku dalam membeli barang-barang ini cocok dengan konsep minimalism? Let’s see..

Jadi aku juga akan share tentang 15 jenis barang (bahkan lebih) yang ternyata aku cuma punya 1 aja di rumah. Mungkin kamu yang juga sedang mencari tahu dan memilih konsep gaya hidup bisa dapat ide dari sini. So, enjoy the article!

Apa sih Gaya Hidup Minimalis (Minimalism) itu?

Berdasarkan penelusuran, ternyata udah banyak buku yang membicarakan tentang gaya hidup minimalis (minimalism). Minimalism katanya erat kaitannya dengan kesederhanaan, tapi secara umum minimalism itu adalah suatu paham yang cenderung melihat penggunaan barang berdasarkan fungsi dan kebutuhan. Ada kutipan dari seorang penulis buku tentang minimalism yang mungkin bisa menggambarkannya :

Minimalisme artinya bukan benar-benar bebas/lepas dari barang-barang. Tapi seorang minimalis bisa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Intinya, kaum minimalis hanya hidup dengan benda-benda yang ia butuhkan, bukan yang di inginkan

Fumio Sasaki

Kebutuhan dan keinginan.

Itu 2 kata yang berhari-hari aku pikirin. Pertama, tentang perbedaannya. Kedua, tentang apakah ada yang salah dengan keinginan itu sendiri. Dari bukunya, Fumio Sasaki juga bilang :

“Kenapa kita punya begitu banyak barang yang bukanlah kebutuhan kita? Apa tujuannya? Saya rasa jawabannya cukup jelas : kita ingin sekali memperlihatkan seberapa berharganya diri kita kepada orang lain. Lewat benda, kita hendak menyampaikannya kepada masyarakat”

Hm..jadi salah satu latar belakang lahirnya ide tentang minimalism adalah sisi narsisme yang dimiliki manusia. Apakah hal tersebut salah atau gak baik? Nah lebih lanjut lagi, Fumio bilang begini :

“Sebagai makhluk sosial kita kita tidak bisa hidup tanpa merasa diri kita berharga. Kita tidak bisa melakukan apa-apa tanpa sedikit narsisme. Jadi menganggap bahwa diri sendiri itu cukup penting bukanlah hal yang negatif. Malah sebenarnya hal tersebut penting. Masalahnya terletak pada cara kita memperlihatkan nilai tersebut pada orang lain”

Sampai disini aku merasa Fumio lagi melihat sisi yang lebih esensial tentang sumber “harga diri” manusia, dan minimalism hendak menjawabnya. Iya gak?

Dan juga melakukan gaya hidup minimalis itu bukan berarti hidup dalam kemiskinan atau memilih miskin. Kayanya bukan gitu konsepnya.

Buku Tentang Minimalism

Kalau kalian kepo pengen tahu lebih dalam tentang minimalism bisa baca buku-buku ini :

  • Goodbye Things! The New Japanese Minimalism (Karya Fumio Sasaki)
  • Minimalism for Families (Karya Zoe Kim)
  • A Book of Simple Living : Brief Notes from The Hills (Karya Ruskin Bond)
  • The Joy of Less (Karya Francine Jay)
  • Etc

15 Things (Even More) I Own One

Mungkin barang-barang ini termasuk barang sepele ya. Tapi setelah mengenal dunia pasca lulus kuliah, aku jadi tau kalau beberapa dari hal kecil ini ternyata bisa merubah dunia per-uang-an banyak orang (kearah yang lebih seret).

Tanpa disadari ternyata udah gak ada space lagi di rumah dan koleksi barang-barangnya itu keburu expired/ rusak gak kepake. Atau malah bikin space dompetnya jadi kelewat kosong. Gaji tiap bulannya cuma numpang lewat doang gara-gara beli hal-hal kecil dan gak bisa saving.

Here we go… 15 things (even more) I own one!

1. Skincare

Barang pertama yang aku punya satu aja adalah skincare. Aku cuma 1 rangkaian skincare, kaya 1 facial wash, 1 toner, 1 serum, 1 moisturizer, 1 sunscreen. Jadi gak koleksi. Biasanya para ciwi-ciwi suka banget koleksi skincare, terutama serum, sunscreen, toner, facial wash, moisturizer, eh kok semua ya? eheheh.

Sejak merasakan sakit dan gak nyamannya jerawatan super banyak pas semester akhir, aku mulai skincare-an. Dulu males banget, cuci muka pake sabun aja kadang-kadang kalau lagi mood. Sekarang aku mulai bisa menikmati kalau merawat kulit itu adalah salah satu hal yang bisa bikin aku nyaman dan bahagia. Soalnya aku gak nyaman jerawatan atau kulitku perih karena kering, sakitnya bikin pengen nangis.

Jadi aku pilih 1 skincare aja yang cocok.

2. Make Up

Selanjutnya make up, aku juga punya 1 rangkaian aja. Kebetulan karena alasanku bermake-up salah satunya adalah complain dari orang-orang terdekat yang bilang kalau muka kita terlalu polosan pas menghadiri acara formal itu bisa di cap “gak sopan”, bla..bla… So, I decided to using the make up.

Aku cuma 1 bedak tabur, 1 lip cream tint (untuk sehari-hari kalau kerja di luar rumah) dan beberapa barang make up lainnya yang aku pake kalau mau ke kondangan/ acara penting. Jumlahnya cuma 1 tiap item.

3. Personal Care

Barang ketiga yang aku cuma 1 aja tiap item adalah personal care. Personal care maksudku itu adalah produk-produk yang mendukung kita merawat diri. Contohnya aku cuma pakai 1 produk body lotion, 1 minyak sereh (biar gak di gigit nyamuk), 1 headband dan beberapa barang lain yang relate dengan personal care.

Kalau kamu gimana?

4. Sepatu Olahraga

Aku juga cuma punya 1 sepatu olahraga. Dulu malah aku cuma satu sepatu buat kuliah, sampai ada temen yang menyarankan untuk punya sepatu pengganti. Biar kalau yang satu basah kehujanan atau udah rusak, gak riweuh cari sepatu penggantinya. Soalnya mungkin dia ngeliat aku kurang perhatian sama hal ini, dalam artian barang udah agak belangsak tetep aja di pake, termasuk sepatu dan suka dadakan belinya kalau udah rusak.

Bener juga. So, aku beli sepatu pengganti. Nah sejak aku aware sama olahraga, aku punya ide buat beli sepatu pengganti yang fungsinya buat olahraga aja. Tapi ternyata aku gak perlu beli, karena di kabulkan lewat hadiah ulang tahun dari mama. Yuhuuu! Jadilah punya 1 sepatu olahraga.

5. Jam Tangan

Actually, wearing a watches is not my thing. Tapi sejak aku punya sideline yang harus keluar goa, jadinya aku perlu pake jam tangan buat mastiin gak telat-telatan. Soalnya ribet kalau pas di motor harus buka ransel dan ngubek-ngubek cari hp buat lihat jam.

6. Headset

Aku suka banget denger musik pake headset kalau lagi kerja. Nah, aku punya 1 headset. Alasannya, ya gak ada kebutuhan beli lagi. Kalau kamu gimana, punya berapa headset/ airpod/ speaker?

7. Baju Renang

Barang lainnya yang aku punya 1 adalah baju renang. Renang adalah olahraga yang paling sering aku lakukan (sebelum pandemic). Aku beli baju renang ini pas waktu jaman kuliah, harganya buat aku lumayan Rp.350.000. Tapi aku puas karena nyaman di pake dan masih awet sampe sekarang.

8. Matras Yoga

Aku juga sering Yoga pagi-pagi buat streching. Aku punya 1 matras yoga yang aku beli online. Harganya murah, cuma Rp 50 ribuan. Terakhir, ada kucing yang masuk rumah terus nyakar-nyakar matras yogaku. Alhasil ada tanda tangan si kucing di atas matras.

Tapi untungnya gak sampe bolong, jadi tinggal aku balik aja pas di pake. Beres :)

Baca juga : Rekomendasi Channel Youtube Untuk Olahraga di Rumah

9. Kopi Instant

Ada yang suka ngopi? Semenjak kerja, aku jadi kaya bapak-bapak. Suka ngopi. Padahal dulu jarang banget, karena gak perlu kopi badan dan pikiran tetep bisa on.

Sekarang aku minum kopi bukan karena ngantuk, tapi mostly karena lemes. Mungkin ada yang gak beres sama pola hidupku dan juga faktor metabolisme yang mulai gak kaya jaman dulu. Sekarang lagi ngetrend jajan kopi di kedai atau cafe. Tapi kalau di lakukan setiap hari bisa bangkrut juga.

Aku suka nongkrong di cafe, tapi sesekali aja kalau bener-bener lagi jenuh. Pengganti kopinya untuk sehari-hari aku bikin sendiri di rumah pake 1 merek kopi instant yang aku suka. Lebih murah, bisa di kreasiin sendiri resepnya dan tetep bisa menghasilkan energy instant.

10. Glasses (Kacamata)

Karena aku kacamataan (mata minus), aku pilih berinvestasi ke kacamata yang nyaman dan bisa melindungi mataku lebih baik. Harganya mungkin agak lebih mahal dari kacamata yang bisa aku beli di abang-abang pasar minggu terus tinggal di pasang lensanya. Tapi menurutku it’s worth, karena pas kerja jadi gak pegel dan gak harus buka pasang kacamata terlalu sering yang mengakibatkan lupa nyimpen atau keinjek.

11. Perlengkapan Tidur

Aku juga punya 1 set perlengkapan tidur. 1 Selimut, 1 bantal, 1 guling, 1 masker mata (penutup mata), 1 kaos kaki tidur. Aku orang yang sangat mengidam-idamkan tidur yang efektif. Buatku tidur yang seperti itu berharga banget, jadi salah satu usahanya adalah dengan membuat tubuhku lebih nyaman sebelum tidur termasuk pake penutup mata dan kaos kaki.

12. Tumbler

Minum adalah kebutuhan semua orang. Sejak SMP aku terbiasa bawa botol minum kemana-kemana karena gampang haus. Bodo amat orang-orang bilang aneh karena bawa botol gede kemana-mana.

Nah, aku baru tahu ternyata ada orang-orang yang hobby banget koleksi botol minum atau tumbler. Kalau aku cuma punya 1 aja, cuci pakai. Aku ganti persekian bulan atau kalau botolnya rusak. Kamu gimana?

13. Dompet

Dompetku mereknya “Milk Teddy” usianya sekarang udah 11 tahun (kurang lebih). Aku masih inget, belinya itu di toko buku dalem Metro Indah Mall (sekarang udah gak ada kayanya). Harga aslinya itu Rp 80.000 (lagi diskon jadi 50 ribu-an), harga segitu buat anak kelas 1 SMA tahun 2010 lumayan juga. Tapi karena aku terbiasa “menimbun” uang jajan jadi aku punya uang buat beli dompet itu.

Cerita tentang pengalamaan dan kebiasaanku yang berhubungan dengan uang bisa di baca disini.

Dulu aku milih dompet itu karena dompetnya terlihat simple. Cuma satu kali lipetan aja, dan juga warnanya black (I love black). Selain itu, bahannya juga “kayanya” sih bisa kuat, jadi mungkin Rp 50 ribu itu adalah harga yang masih sesuai. Sesuai dengan tabunganku. Dan malah aku tergiur dengan kualitas dan desainnya yang kayanya sih harga yang seharusnya lebih dari dari itu (sok tahu).

14. Parfum

Aku punya 1 parfum yang gak habis-habis sampai sekarang. Karena jarang di pake, dan aku suka lupa pake parfum walaupun mau pergi-pergi. Sebenernya parfum ini juga hadiah. Eeheheh.

Tapi aku berencana buat beli lagi kalau udah habis karena sekarang ternyata aku menikmati aroma-aroma harum yang bikin relax. Jadi nanti aku beli lagi kalau udah habis. Satu aja.

15. Kebaya

Aku punya 1 kebaya bekas di pakai pas wisudaan dan bisa di pakai untuk acara resmi lainnya kaya wedding party. Sebenernya aku jarang pake kebaya ini karena kurang nyaman aja. Tapi aku bingung baju apa yang pantes dan sopan di pakai buat ke undangan, apalagi udah musim nyebar undangan nikah nih sekarang.

Alasan di Balik Pembelian/Penggunaan Barangku

Awalnya aku pikir kalau alasanku membeli barang-barang tersebut dan cukup puas cuma punya satu aja, karena aku adalah tipe orang yang kalau udah nyaman dengan satu hal maka akan merasa tercukupkan. “Udah itu aja”.

Tapi ketiga di gali lagi, alasannya juga karena aku gak melihat alasan yang cukup buat beli yang baru/ menambah jumlahnya. Aku merasa fungsi intinya masih bisa bekerja dengan baik dan aku masih nyaman2 aja.

Misalnya dompet yang dari jaman SMA kelas 1 masih di pake sampe sekarang. Gak ada alasan yang kuat buat membeli dompet baru, toh dompetku masih bisa di pake nyimpen uang dan kartu-kartu. Itu kan fungsinya dompet? Walaupun dalemnya ada sedikit kerusakan (gak parah) dan skinnya udah gak sebagus dulu. But I feel okay.

That means this reason is quite match with minimalism concept, right?

Kecenderungan memilih/memakai barang berdasarkan fungsi dan kebutuhan.

Tapi memang aku juga orang yang gak mau ribet (dalam hal beginian). Dan memilih koleksi itu ribet, seringkali memakan waktu yang lumayan, jadi aku menghindarinya dengan beli 1 aja :D

Well, mengenai apakah caraku membeli dan menggunakan barang dengan punya 1 buah aja adalah minimalism? Hm.. mungkin ide umumnya cenderung sama. Aku punya kecenderungan seperti itu tapi belum tahu juga tuh gimana kadar konsistensinya. Jadi aku gak bisa bilang kalau konsepnya ‘plek’ 100% sama.

Konsep keinginan dan kebutuhan masih on process aku pikirin karena berhubungan sama paradigma ataupun data-data lainnya, &* !@#$%!@ ribet. Nanti kalau ada benang merah yang lebih jelas mungkin bakal aku tulis lagi di sini.

Tapi yang aku pahami dari sini minimalism itu bukan berarti tentang jumlah barang. Para minimalis juga mungkin punya beberapa barang yang sama namun alasannya berkaitan dengan kebutuhan dan fungsi.

Pentingnya Menyadari Gaya Hidup yang Kita Praktikan…

Ditengah gencarnya ads (iklan) yang ada dimana-mana (di youtube atau pas googling, pas buka apps dll) aku pikir, menyadari gaya hidup kita sendiri cukup penting. Karena cara kerja dari internet, salah satunya adalah menangkap data tentang diri kita lalu mengiklankan produk yang sesuai dengan personalize kita masing-masing. Jadi mau gak mau kita akan melihat iklan-iklan yang berhubungan dengan apa yang sedang kita pikirkan.

Kalau kita gak punya rem, yang salah satunya bisa di dapatkan dari kesadaran akan prinsip lifestyle yang di anut, ya sudah wassalam..

You know what I am saying

Nah minimalism ini cukup menarik buat di pelajari buat jadi salah satu “tools” dalam menyikapinya.

Ya udah, segitu dulu artikelnya. By the way, let me know your thoughts about this dan alasan kalian memilih/menggunakan barang. Boleh kirim email atau instagram dm ya.

Baca juga : Main ke Situ Cangkuang (Ada Apa Aja, Berapa Bayarnya)

--

--

Yulindann | Temen Mikir
Yulindann | Temen Mikir

No responses yet